Naskah Drama 6 orang Bawang Merah Bawang Putih

Naskah Drama 6 orang Bawang Merah Bawang Putih

Ini adalah drama tentang  kisah yang sudah familiar di telinga kita, yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih.
Pemain :
  1. Ayah Bawang Putih
  2. Bawang Putih
  3. Ibu Bawang Merah
  4. Bawang Merah
  5. Nenek
  6. Narator
Sinopsis :
Narator : Pada zaman dahulu terdapatlah sebuah keluarga kecil di suatu desa. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan yang sangat cantik. Anak yang cantik itu bernama Bawang Putih. Ayah dalam keluarga tersebut berprofesi sebagai seorang saudagar. Keluarga mereka begitu harmonis,bahagia dan sejahtera.
Pada suatu ketika ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih dan ayahnya sangat sedih dengan kejadian tersebut.

Bawang Putih : ayahanda, Ibu yang sangat aku cintai kini telah tiada.
Ayah : Putih,jangan kau ratapi kepergian ibumu. Sabar ya nak. Ini adalah kehendak Tuhan.

Narator : Di desa dimana ayah dan bawang putih tinggali, ada seorang janda beranak satu yang bernama bawang merah. Ibu bawang merah kerap kali mengunjungi dan membawakan makanan ke rumah bawang butih.
Ibu Bawang merah: putih, kamu suka dengan makanan yang aku bawakan ini?
Bawang Putih:Terima kasih bu, makanan ini enak sekali. Aku sangat menyukainya.
Ibu bawang merah:ibu senang sekali kalau kamu menyukai makanan ini. Besok akan ibu buatkan lagi makanan ini untukmu.
Bawang putih: terima kasih banyak bu, ibu baik sekali.

Narator : Karena begitu seringnya ibu bawang merah berkunjung ke keluarga bawang putih, dan ayah bawang putih pun merasa cocok dengan ibu bawang merah, ayah bawang putih bermaksud untuk menikahi ibu bawang merah.
Ayah Bawang Putih : Anakku  putih, apa kamu setuju jika ayah hendak menikahi ibu bawang merah, nak?
Bawang Putih: Jika ayan telah yakin dengan keputusan ayah, Putih hanya akan mematuhinya saja. Lagi pula, ibu bawang merah sangat baik kepadaku.
Ayah Bawang Putih:baiklah kalau engkau menyetujuinya, ayah akan menyampaikan maksud ayah kepada ibu bawang merah.

Narator : Begitu mendapatkan persetujuan dari anaknya, ayah bawang putih mendatangi ibu bawang merah untuk melamarnya. Akhirnya mereka menikah dan ibu bawang merah beserta anaknya tinggal satu atap dengan ayah bawang putih dan juga puterinya.
Di awal pernikahan ayah bawang putih dan ibu bawang merah, semua terlihat baik-baik saja. Sampai pada suatu ketika pada saat ayah bawang putih sedang tak ada di rumah.

Ibu bawang merah:Hei putih, kau jangan hanya bermalas-malasan saja. Sana bersih-bersih dan beres-beres rumah!
Bawang Putih:Baiklah bu, akan saya laksanakan
bawang merah:Putih, kau juga harus mencucikan bajuku dan membersihkan barang-barangku!
Bawang putih:Baiklah kak, akan aku kerjakan

Narator : Pada suatu ketika ayah bawang putih mengalami sakit keras dan akhirnya meninggal. Saat ini bawang putih menjadi yatim piatu. Semenjak hal tersebut terjadi, Ibu bawang merah dan anaknya semakin bertindak di luar batas terhadap si bawang putih.
Ibu bawang merah: hai bawangputih, kau setiap hari harus bangun pagi-pagi. Siapkan makanan, beres-beres rumah dan lain-lain. mengerti kau?
Bawang Putih : baiklah ibu, akan putih kerjakan.

Narator : Pada suatu ketika Bawang Putih sedang mencuci pakaian di pinggir sungai. Tiba-tiba salah satu pakaian milik ibunya terhanyut. Saat ia menyadarinya, Bawang Putih mencoba untuk meraih kembali pakaina miliki ibu tirinya tersebut. Namun sayang, ia tidak bisa membawanya kembali. Dengan sedih dan putus asa ia kembali kerumah dan menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya

Bawang Putih :Ibu Maafkanlah aku, putih  tidak sengaja menghanyutkan pakaian ibu.
Ibu bawang merah : Apa katamu dasar anak tak tahu diri! Cepat cari baju itu, jangan pulang sebelum kau menemukannya.
Narator : Dengan hati yang sedih, bawang putih terpaksa melakukan keinginan ibu tirinya. ia mencari di pinggir-pinggir sungai. Lalu tiba-tiba Bawang Putih melihat ada seorang ibu tua yang sepertinya hendak pergi ke pasar
Bawang Putih : maaf ibu, apakah saya boleh bertanya sesuatu?
Bibi : Tentu nak, ada apa?
Bawang Putih : apa ibu melihat pakaian hanyut di sekitar sungai ini?
Bibi :Oh, pakaian itu milikmu? Tadi aku melihatnya hanyut beberapa saat lalu.
Bawang Putih :terima kasih, aku akan mencarinya lagi bu.

Narator : Saat pencarian pakaian tersebut, tak terasa hari sudah mulai gelap, bawang putih harus menemukan tempat untuk bermalam. Karena tidak akan sempat untuk pulang ke rumah ia melihat  gubuk tua.
Bawang Putih : ( tok…tok. _) apa ada orang di dalam? Permisi.
Nenek : Siapa dirimu nak? Ada apa malam-malam begini?
Bawang Putih : nama saya Bawang Putih, nek. saya mencari baju miliki ibu saya yang hanyut di sungai dan saat ini saya butuh tempat untuk bermalam. Bolehkah saya bermalam di sini nek ?
Nenek : Oh, baju itu milikmu? Aku telah menyimpannya. Akan aku kembalikan padamu dengan satu syarat. Kau harus menemaniku disini selama beberapa hari.
Bawang Putih : baiklah nek, aku setuju asalkan nenek mau memberikan pakaian itu padaku.
Beberapa hari berikutnya.
Nenek : Nak, kau telah menepati janjimu. Dan aku akan menepati janjiku. Ini ku kembalikan pakaian milik ibu tirimu. Oh ya, aku punya hadiah untukmu, bawalah labu kuning ini untukmu!
Bawang putih:Terima Kasih nek.
 Narator : Bawang putih pun pulang ke rumah dan begitu sampai di rumah, Bawang Putih menyerahkan baju merah itu kepada ibu tirinya.
Bawang Putih : Ibu, ini sudah kutemukan bajunya
Ibu : Bawa kemari, dan pergi!
Bawang Putih : Baik, bu. Putih beres-beres dulu.
Ketika bawang putih pergi ke dapur untuk mengupas labu kuning pemberian dari nenek tadi, begitu terkejutnya Bawang Putih ketika mengetahui dalam labu tersebut terdapat emas permata yang begitu banyak.
Bawang Putih : emas….ini emas,Ibu aku menemukan emas setelah membelah buah labu ini.

Narator ; Mengetahui hal tersebut, Ibu bawang merah dan bawang merah langsung merebut emas yang ada pada bawang putih.
Bawang Merah:Hai  putih, dari mana kau mendapatkan emas ini?
Bawang Putih : Putih  memperoleh emas permata ini dari dalam buah labu yang diberikan oleh seorang nenek di tengah hutan ketika aku mencari pakaian ibu.

Narator : Begitu mendengar cerita dari Bawang Putih, Bawang merah bermaksud untuk mencari nenek tersebut.
Keesokan paginya Bawang Merah menghanyutkan pakaiannya dengan sengaja ke sungai, setelah itu ia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh bawang putih.

Bawang Merah:Permisi nenek tua, apa nenek melihat bajuku yang beberapa saat yang lalu hanyut di sungai?
Nenek :Oh, aku menemukan baju mu beberapa saat yang lalu dan sedang ku simpan. Aku akan memberikannya untukmu. Tapi dengan syarat bahwa kamu harus tinggal denganku beberapa waktu.
Bawang Merah: Baiklah nek, aku akan menuruti kata-katamu.
Beberapa hari sudah Bawang Merah tinggal bersama nenek tersebut. Selama ia bersama nenek, hal yang ia kerjakan hanyalah bermalas-malasan saja dan tidak ada hal baik yang ia lakukan. Ketika tiba saat Bwang Merah hendak pulang…
Bawang Merah:Nek, aku telah menginap di sini bersamamu selama beberapa hari. Mana imbalan buatku? Nenek : Baiklah, ambillah buah labu ini untukmu.
Bawang Merah : ( begitu mengambil labu yang besar, Bawang Merah langsung pergi)

Narator : Begitu sampai di rumah, Bawang Merah segera memanggil ibunya dan dengan senang hati menunjukkan buah labu tersebut. Ibu bawang merah dan bawang merah merasa takut jika Bawang Putih melihat, ia akan meminta bagian. Maka Ibu bawang merah menyuruh Bawang Putih untuk mencuci baju di sungai.
Ibu : Hei Bawang Putih, cepet cuci bajuku dan anakku.
Bawang Putih : Iya, bu.

Narator : Begitu Bawang Putih sudah tak berada di rumah, Ibu bawang merah dan putrinya membuka labu tersebut, namun ternyata yang keluar dari buah tersebut bukanlah emas dan permata melainkan seekor binatang ular yang besar dan amat berbisa. Ular tersebut langsung menyerang Ibu bawang merah dan Bawang Merah hingga akhirnya mereka meninggal dunia.

Hikmah yang bisa di ambil dari cerita ini antara lain sifat serakah tidak akan mendapatkan berkah melainkan hanya mendatangkan musibah.

Post a Comment

0 Comments