Data Pribadi :
Nama
|
:
|
Ahmad Muafiq, S.Ag
|
Nama Tenar
|
:
|
Gus Muafiq, K. H. Ahmad Muafiq, Cak Afiq
|
Tempat/tanggal lahir
|
:
|
Lamongan, 02 Maret 1974
|
Pekerjaan
|
:
|
Ulama
|
Alamat
|
:
|
Perum Jombor Pratama
No. 19, Mlati, Sleman, Yogyakarta
|
Gus
Muwafiq, begitu biasa dikenal banyak orang, beralamat tinggal di Perum Jombor
Pratama No. 19, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Dari jalan layang Jombor, turun ke
bawah, ada Indomaret depan Terminal Jombor sekaligus pangkalan ojek. Dari situ
masuk menuju Perumahan Jombor Baru lurus mentok, kemudian ke kanan 200an meter.
Sebelum masjid/makam, ada perumahan. Depannya berdiri bendera hijau lambang
Nahdlatul Ulama. Di situlah tempat tinggal Gus Muwafiq.
Nama
lengkapnya Ahmad Muwafiq. Orang biasa menyebutnya Kiai Muwafiq, Gus Muwafiq
atau Cak Afiq. Berbadan tinggi besar, kulitnya hitam kecoklatan dan berrambut
gondrong. Ia dulu kuliah di IAIN Jogjakarta dan menadi aktivis pergerakan.
Pernah menjadi Sekjend Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara. Kemudian ketika Gus
Dur menjadi presiden, ia menjadi asisten pribadinya.
Selain
selesai dalam soal agama karena alumnus pesantren, ia dikenal luas pemahaman
politik dan sejarahnya. Juga, terkenal jadug atau kebal. Konon, ketika Gus Dur
akan dilengserkan pada Mei 2001, ia di depan pasukan berani mati, sendirian
mengangkat mobil panser milik TNI dengan tangan kirinya. Peristiwa itu kemudian
diabadikan oleh wartawan dan menjadi headline di Kompas.
Mengapa
Gus Muafiq Bisa Menjadi Dai Milenial ?
Ada
beberapa alasan mengapa Gus Muafiq bisa menjadi dai kondang dengan sebutan dai
milenial seperti sekarang ini :
Pertama,
santri yang mumpuni.
Gus
Muwaffiq merupakan santri yang sudah lama mengenyam pendidikan pesantren –
sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia – sehingga pemahaman keagamaan
beliau mumpuni dan khas. Khasnya adalah pemahaman Islam yang dianut mayoritas
muslim Indonesia. Muslim Indonesia merupakan muslim yang menganut madzhab
empat, khususnya Imam Syafi’i yang lebih dominan. Selain itu, Islam jebolan
pesantren terbukti mampu “kawin” dengan tradisi dan budaya Nusantara. Jadi,
soal khasanah Islam dalam al-Quran, hadits maupun kitab-kitab klasik, beliau
mumpuni.
Kedua,
paham sejarah dan hafal.
Gus
Muwafiq merupakan sosok yang sadar dan paham sejarah. Mengapa sejarah penting?
Karena dengan berpijak pada sejarah itulah kita umat Islam membangun masa
depan. Dan beliau, paham sejarah baik dari teori penciptaan alam semesta, jaman
nabi-nabi, sejarah Islam pasca Nabi Muhammad Saw., geo-ekopol Internasional,
sampai sejarah Nusantara. Oh ya, hafalan beliau juga sangat kuat. Tidak hanya
mengerti tetapi memahami. Berbagai silsilah keilmuan, tokoh maupun dinasti
beliau hafal di luar kepala. Ini memudahkan kamu dalam mencerna pola-pola dalam
belajar agama.
Ketiga,
Mantan aktivis.
Sebelum
keliling dakwah seperti sekarang, beliau telah mumpuni menjadi aktivis kampus.
Gus Muwafiq aktif di lingkaran PMII dan Mahasiswa NU. Pengembaran Intelektual
dan “Jalanan”-nya beliau tempuh dari kota pelajar: di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, sampai ke Mancanegara karena pernah menjadi Sekretaris Jenderal
Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara. Salah satu keunggulan aktivis muslim adalah
tahu konsep (dan wacana Islam kontemporer), tahu medan, tahu peta politik, dan
bergelut dengan realitas. Wajar kalau beliau – selain keliling Indonesia – juga
sering diundang ceramah ke luar negari.
Keempat,
humoris.
Jangan heran kalau kamu berlama-lama menyimak
pengajian beliau (entah online maupun offline), tak bosan karena pembawaannya
yang kocak dan penuh dengan humor. Humor memang menjadi penting dalam suatu
ceramah karena membuat jamaah tidak ngantuk, tidak jenuh dan menjadikan otak
kembali fresh.
Kelima,
mudah dicerna.
Bahasa
yang beliau gunakan adalah bahasa para audiens-nya. Jika di kampus dengan para
mahasiswa atau akademisi, beliau bisa dengan bahasa ilmiah. Jika dengan
masyarakat awam, beliau bisa cerita dengan nalar, tradisi dan psikologi umum
masyarakat. Jika dengan para pemuda, beliau juga bisa santai dan tahu apa yang
hits dan menjadi tantangan generasi muda hari ini. Meski demikian, dalam
penggunaan bahasa Indonesia kadang beliau ada beberapa hal yang kurang (menurut
saya). Dan ini pernah diakui beliau. Secara, beliau mengaku menggunakan bahasa
Indonesia baru semenjak kuliah. Sebelum itu menggunakan bahasa Jawa, khususnya
Jawa Timuran.
0 Comments